1. Pembuatan Form Program Pembelajaran Individual ( PPI). Setiap satu semester sekali.

Form PPI adalah rumusan program pembelajaran yang disusun dan dikembangkan berdasarkan hasil asesmen terhadap kemampuan individu anak yang tergambar dalam profil anak.

2. Program CALISTUNG bagi peserta didik untuk memahami konsep dalam membaca, menulis, berhitung. Diberikan jadwal dalam satu minggu, ada dua hari anak belajar di ruang sumber.

• Menulis alfabet berdasarkan urutan. Disesuaikan dengan karakteristik anak.

• Menulis kata dan kalimat yang dibacakan oleh guru.

• Membaca dengan pemahaman.

• Menceritakan pengalaman dalam bentuk tulisan.

• Menghitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

• Menghitung dalam bentuk operasi bilangan bulat.

• Mengenal bangun datar dan bangun ruang.

• Menghitung dalam bentuk soal cerita.

• Belajar wawasan kebangsaan.

• Mengenal arah.

• Belajar bahasa inggris sederhana

• Membaca huruf, kata, dan kalimat.

• Melingkari huruf yang disebutkan oleh guru.

• Memberikan nama pada gambar yang diberikan.

• Menulis lambang bilangan.

• Belajar wawasan kebangsaan.

• Mengenal arah.

• Mengurutkan kata menjadi sebuah kalimat berdasarkan

• SPOK, Dll.

3. Program pembuatan hasta karya (Vocational) untuk melatih motorik kasar dan motorik halus serta melatih konsentrasi pada Anak-Anak Hebat (ABK). Dilaksanakan secara bergantian dengan program CALISTUNG.

• Membuat gantungan kunci dari kain flanel, clay, dll.

• Membuat kolase dari bahan-bahan yang tersedia, seperti biji-bijian, sapu lidi, manik-manik, dll.

• Menggambar dan mewarnai

• Menggunting dan menempel puzzle.

• Membnuat anyaman kertas.

4. Kartu Tanda Masuk (KTM) ruang sumber. Ditunjukkan kepada guru ketika memasuki ruang sumber, untuk ijin kepada guru mata pelajaran.

Setiap anak wajib membawa KTM ketika masuk Ruang Sumber

5. Study visit ke SMA, SMK, dan SLB di Sidoarjo. Dilaksanakan 1 kali di semester 1 dan 1 kali di semester 2.

Peserta didik berkebutuhan khusus beserta orang tua mengikuti study visit ke sekolah lanjutan untuk mengetahui informasi terkait dengan program dan jurusan yang ada di sekolah inklusi lanjutan dan SLB.

6. Program Bina Diri (Orang tua mengisi profil kemampuan bina diri dan dievaluasi oleh guru selama 1 bulan). Dilaksanakan secara bergantian dengan program CALISTUNG.

BARANG PRIBADI :

• potong kuku

• Baju berkera

• Handuk kecil

• Celana Dalam

• Kaos Dalam

• Pembalut

• Sisir

• Bedak

• Roll on

• Parfum

• Perlenkapan sholat

• Sabun Muka

• Sabun mandi cair

7. Program praktek jual-beli dengan media uang tiruan. Dilaksanakan waktu pembelajaran di ruang sumber.

Peserta didik berkebutuhan khusus melakukan praktek jual-beli dengan media uang tiruan bersama guru dan teman di ruang sumber.

8. Outdoor Learning. Dilaksanakan 1 kali dalam 1 tahun ajaran.

Peserta didik berkebutuhan khusus mengikuti kegiatan outdoor learning untukmengenalkan dunia luar, agar mengetahui cara bersosialisasi dilingkungan masyarakat.

9. Program evaluasi bersama dengan wali murid peserta didik berkebutuhan khusus. Dilaksanakan 1 semseter 1 kali.

Mengevaluasi kegiatan di ruang sumber selama 1 semester.

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 6 Sidoarjo

Suharsono, S.Pd, M.Pd

GPK sesuai dengan buku pedoman penyelanggara pendidikan inklusif tahun 2007 adalah guru yang mempunyai latarbelakang pendidikan khusus/Pendidikan luar biasa atau yang pernah mendapat pelatihan tentang pendidikan khusus/luar biasa, yang ditugaskan di sekolah inklusif.

Strategi yang dapat digunakan oleh guru di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi untuk membantu siswa dengan kebutuhan khusus:

1. Menggunakan strategi pembelajaran kreatif : Guru dapat menggunakan strategi pembelajaran kreatif dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Hal ini dapat membantu siswa berkebutuhan khusus dalam memahami materi pelajaran dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan[2].

2. Menggunakan strategi teknologi : Guru dapat menggunakan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Hal ini dapat membantu siswa berkebutuhan khusus dalam memahami materi pelajaran dengan cara yang lebih interaktif dan menarik[1].

3. Menggunakan strategi pendekatan individual : Guru dapat menggunakan pendekatan individual dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Hal ini dapat membantu siswa berkebutuhan khusus dalam memahami materi pelajaran dengan cara yang lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan mereka[5].

4. Menggunakan strategi pendekatan kolaboratif : Guru dapat menggunakan pendekatan kolaboratif dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Hal ini dapat membantu siswa berkebutuhan khusus dalam memahami materi pelajaran dengan cara yang lebih interaktif dan melibatkan partisipasi dari semua siswa[4].

5. Menggunakan strategi pendekatan inklusif : Guru dapat menggunakan pendekatan inklusif dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Hal ini dapat membantu siswa berkebutuhan khusus dalam merasa diterima dan dihargai di lingkungan sekolah[1].

Dengan menggunakan beberapa strategi tersebut, diharapkan guru di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dapat membantu siswa dengan kebutuhan khusus dalam mendapatkan haknya dalam pendidikan.

Citations:

[1] https://ayogurubelajar.kemdikbud.go.id/seri-ppsppi/

[2] https://www.researchgate.net/publication/355594484_Strategi_Pembelajaran_Kreatif_dalam_Pendidikan_Inklusi_di_Jenjang_Sekolah_Dasar

[3] https://snhrp.unipasby.ac.id/prosiding/index.php/snhrp/article/view/259/218

[4] https://ldpi.disdik.padang.go.id/artikel/kegiatan-workshop-penyelenggaraan-pendidikan-inklusif-untuk-guru-kelas-dan-guru-mata-pelajaran-tingkat-sd-dan-smp-di-sekolah-penyelenggara-pendidikan-inklusif-tahun-2019

[5] https://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/article/download/19748/11948

[6] https://gpk.gtk.kemdikbud.go.id